Aku tidak tahu,
apakah keputusanku untuk menulis ini sudah tepat
Namun, yang aku sadari
Saat tulisan ini sampai pada tuannya, aku sudah siap menanggung risikonya
Hai tuan, barangkali sebagai perempuan aku punya alasan untuk memilihmu sebagai teman
Namun bagimu, aku tidak pernah mendapatkan jawaban
Berkali-kali aku bertanya pada kawan
Katanya hanya bentuk relasi
Tapi, bisakah relasi menarik ulur hati?
Tuan, kau tahu bukan
bahwa aku tidak pandai menyembunyikan hati?
Segalanya mudah terbaca melalui tulisanku
Aku diam, sebab kala itu aku sudah menyerah
Tidak lagi ingin tahu apapun tentang hatimu
Pikiranku mengatur diri untuk tidak jauh membawa hati
Lalu mengarahkan pada perasaan yang mati
Membiarkannya melebur bersama trauma
yang kian terkikis bahagia sebab tidak lagi ingin berharap pada siapa-siapa, kecuali pada Sang Maha Cinta.
Tuan, aku harap setelah ini tidak ada lagi usik yang membuat pikiranku berisik
Aku akan menjalani hariku seperti biasanya
Berpura-pura bahwa ini hanya sekedar tulisan biasa
Tidak sampai membuatmu mengerti bahwa ada hati yang tersembunyi
Yang tak sedikitpun sebanding dengan hati yang pernah kau miliki
Terimakasih tuan,
Namun kakiku terlalu kumuh untuk sekedar menginjak halaman istanamu
Aku permisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar